Minggu, 29 Juli 2012

Cukup Aku

Entah apa yang sedang kulakukan. apakah aku menyadari bahwa aku telah kehilangan sang rembulan saat menghitung taburan bintang di langit malam ini? ataukah aku telah salah memilih jalan sehingga aku tersesat dalam labirin yang tak berujung ini? Padahal jalan disini terlalu sempit sehingga tak ada jalan untuk kembali.

Mengapa aku selalu rapuh? Terlalu lemah. Terlalu khawatir. Selalu ragu-ragi dan tak yakin. Aku selalu memprediksi segala kemungkinan yang mungkin hingga yang tak mungkin sehingga aku takut untuk memutuskan.

Aku memang bukan apa-apa. Hanya seonggok daging dengan segala hal yang semu dan palsu menyelimutiku. Siapa bisa menebak hatiku? Carilah di seantero pelosok dunia nan kerdil ini. Tak seorang pun, kecuali ibuku. Karena aku tampak baik-baik saja. Justru aku sering tertawa terbahak-bahak saat menonton acara televisi yang tak lucu sama sekali. Aku menangis sesenggukan ketika yang lain terlena oleh indahnya mimpi dalam buaian tidurnya, aku tak suka menampakkan air mataku. Palsukah aku? Aku hanya tak ingin dikhawatirkan, cukup aku saja yang menjadi orang dengan kekhawatiran tingkat tinggi sehingga takut mengambil keputusan A dengan risiko B atau keputusan X dengan risiko Y. Cukup aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar