Kamis, 02 Februari 2012

Dia #3

Siapa lelaki ini? Jangan! Jangan senyum! Terlalu manis senyumnya, apalagi tatapan matanya yang begitu dalam membuatku seperti ingin leleh saja. "Dingin?" ujarnya sambil mengosok-gosokan kedua tangannya. Ku jawab dengan anggukan perlahan. Aku masih sibuk mencari dimana kuletakkan memoriku tentang lelaki ini, mengapa aku bisa amnesia seperti ini?
Melihat anggukanku, dia lalu tersenyum dan meraih kedua tanganku. Sihir macam apa ini? Mengapa aku tak kuasa menolaknya? Gadis macam apa aku ini, caciku pada diriku sendiri. Dia lalu mengusap halus kedua tanganku dengan tangannya. Jarinya yang panjang dan kukunya yang bersih mengenggamku lembut. "Sabar ya, mungkin 10 menit lagi aurora-nya kelihatan. Kalau sudah puas, kita langsung pulang ya? Kamu pasti sangat kedinginan saat ini. Sabar ya." aku hanya menatapnya tak percaya. Lagi-lagi dia memberikan senyum manis itu, membuat kerja otakku semakin lemot saja. Dan, apa yang dia katakan tadi? Aurora? Dimana sebenarnya aku? Kutub Utara?
"Hey, lihat itu! Awan tipis berwarna hijau itu! Itu aurora! Akhirnya kita bisa melihat aurora." ujarnya tertawa bahagia sambil mendekapku. Dia membuyarkan lamunanku. musnah sudah semua konsentrasi yang sudah susah payah kukumpulkan sedari tadi. Yang aku rasakan sekarang hanyalah hangat tubuhnya dengan wangi yang membuatku semakin tersihir. Sebenarnya siapa dia? Mengapa dia tak canggung untuk mengenggam tangan bahkan mendekapku seerat sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar