Rabu, 15 Februari 2012

Karma #3

Mimpikah ini? Aku mendapat sms dari Yogi! Aku mengettahuinya karena aku langsung menanyakan nomor itu pada Ila dan ternyata memang nomor Yogi. Ya Tuhan, benarkah? Tak terbayangkan senangnya aku saat itu. Sangking senangnya aku ingin memeluk seluruh orang yang kutemui saat itu. Tapi walau begitu aku tetap menjaga sikap. Aku bersikap seolah sms darinya adalah sesuatu yang biasa.
Aku terus berhubungan dengannya semenjak selesainya UNAS sampai masa pengangguranku. Aku menganggur untuk menunggu pengukuhan mahasiswa baru dan masa ospek universitasku. Ya, aku melanjutkan pendidikanku ke bangku kuliah. Sedangkan dia masih di SMK. Karena sistem  di SMKnya, tahun keempat adalah tahun dimana seluruh ilmu yang didapat selama ini diaplikasikan di dunia kerja yang biasanya disebut magang. Pada masa pengangguran itu, aku intens ber-sms-an dengannya. Dia sering mengajakku keluar dan suatu saat aku diajaknya kerumah Ila, ibu Ila menanyakan apakah aku sekarang dekat dengan Yogi karena ibu Yogi sering menceritakanku pada beliau. Yogi hanya tersenyum lalu pamit untuk pulang sebentar, meninggalkanku dalam tanda tanya besar. Padahal aku sama sekali belum pernah bertemu dengan ibu Yogi. Kami hanya berinteraksi lewat telpon, itu pun dulu saat SMP. Aku pun heran bagaimana bisa ibu Yogi mengenalku dan bercerita tentangku ke ibu Ila.
***
Awalnya dia menanggapi smsku dengan biasa saja. Tapi lama kelamaan dia akhirnya kembali seperti dulu. Tidak ada yang berubah, itulah yang ku suka. Aku suka? Iya sepertinya begitu. Rasa bersalah itu ternyata menjelma menjadi karma. Dan sekarang aku menyukainya. Aku betah ber-sms-an dengannya. Aku nyaman menceritakan segala hal yang ku alami pada Phia. Dia adalah pendengar sekaligus penasihat yang baik. Aku juga sering menceritakan Phia pada ibuku karna beliau adalah tempat curhatku. Beliau ingat pada gadis yang dulu sering menelpon kesini. Dan beliau senang kepada Phia, beliau senang gadis ceria itu menularkan keceriaannya padaku yang notabene pendiam.
Aku suka Phia tapi aku tak berani menyatakan cintaku padanya. Aku takut dia masih trauma. Dan aku juga takut ditolak. Aku lebih nyaman seperti ini, tak terikat sehingga aku bisa sedikit melupakan rasa bersalahku di masa lalu.
Sampai akhirnya aku merasa kehilangan Phia karena dia sibuk dengan ospeknya. Dia jarang menjawab smsku. Dia menjauh dariku. Aku takut kehilangan Phia lagi. Aku ingin memilikinya. Tidak seperti saat aku SMP dulu yang hanya mempermainkannya, perasaan ini benar-benar tulus dari hatiku. Dan akhirnya, hasratku itu membuat aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta lagi kepadanya.
***
Aku mulai sibuk dengan ospekku. Ini benar-benar menyita seluruh hidupku. Aku tak doyan makan, aku lupa mandi, aku pulang kerumah larut malam dan aku tak ada waktu untuk membalas sms Yogi. Aku juga merasa tak ada kewajiban penuh untuk membalasnya karena aku pikir dia pasti juga sibuk dengan magangnya.
Lalu itu terjadi lagi. Yogi menyatakan cintanya padaku lagi. Ini seperti empat tahun lalu. Tapi entah mengapa aku tak sesenang dulu. Mungkin karena seluruh pikiranku tersita oleh ospek. Tapi aku tak punya waktu untuk pacaran saat ini. Aku masih mencintainya seperti empat tahun yang lalu, tapi masih ada ragu yang bersemayam dihatiku. Aku tak tahu apa penyebabnya tapi aku tahu hatiku tak pernah salah. Karenanya aku meminta waktu untuk memberikannya jawaban.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar