Rabu, 15 Februari 2012

Karma #4

Phia tak langsung menjawabnya seperti dulu SMP. Dia meminta waktu supaya ia bisa memikirkan ini lebih jauh. Aku takut dia menolakku. Aku sudah sejauh ini menyayanginya. Ini benar-benar karma yang tak dapat ku tolak. Aku sangat tersiksa dengan perasaan ini. Rasa ingin memilikinya dan rasa bersalah karena aku masih menyimpan kebohongan besar dalam hidupku yang menyangkut perasaannya ini tumbuh bersama dalam kalbuku.
Kuputuskan untuk bertandang ke rumahnya. Saat itu ia sedang senggang. dia bercerita tentang ospeknya yang melelahkan dan itu memang benar, karena dia tampak lebih kurus dari sebelumnya. hari itu aku memutuskan untuk mengungkapkan kebohonganku di masa lalu. Aku tahu resikonya, dia akan menolakku, tapi aku tak bisa menyimpan ini terlalu lama. Aku tak sanggup berlama-lama menipu orang yang sangat aku sayangi.
***
Aku masih belum memberinya jawaban, sampai pada suatu hari dia datang ke rumahku. Dia datang membawa cerita. Cerita kami dulu yang ternyata semuanya palsu. Dia melakukannya karena permainan gilanya dengan teman-temannya. Menjadikan siswi baru yang udik sebagai bahan lelucon. Bagai memakan buah mojo, pahit. Pahitnya sampai membuatku mati rasa. Aku tak bisa sedih atau menangis. Aku hanya tersenyum pahit, dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia berulang kali meminta maaf. Ya, sudah seharusnya dia meminta maaf atas kejahatannya selama ini. Membiarkan aku terlena oleh rasa kagumku padanya selama empat tahun sedaangkan itu bukan waktu yang singkat untuk sebuah perasaan. Tapi dengan kenyataan yang baru saja aku ketahui, rasa sayang itu hilang. Benar-benar terlalu sakit sampai tak bisa merasakan apa-apa. Dia berpamitan pulang meninggalkan aku dengan luka yang dalam. Sangat dalam hingga aku tak yakin apa ini bisa sembuh.
Aku menata hatiku yang hancur. Untung saja ospek begitu sibuk hingga aku tak punya waktu untuk larut dalam kesedihanku. Aku tak menghubunginya dan aku harap ia memahami mengapa aku melakukannya.
***
Dia terluka, aku tahu itu. Phia memang selalu tersenyum tapi kali ini terselip perasaan sakit yang tak terlukiskan, itu semua karena aku. Karena kebodohanku di masa lalu. Aku tak berhubungan dengannya untuk waktu yang lama. Dia sibuk dengan ospeknya,dan yang pasti dia masih kecewa denganku.
Dalam masa penantianku, aku bertemu dengan Sherly. Dia gadis lugu, adik kelasku di SMK. Aku tak ingin menyakiti wanita lagi. Aku yakin dengan kejujuranku beberapa waktu lalu, Phia pasti tak akan menerimaku. Sehingga aku memutuskan untuk melakukan pendekatan dengan Sherly walau aku masih sangat mencintai Phia. Aku berharap Phia mau memaafkanku walau tidak sekarang.
Sherly berangsur-angsur mengisi hari-hariku. Tapi aku masih tak bisa melupakan Phia. Cintaku terlalu besar untuknya hingga aku tak mudah melupakannya walau telah ada Sherly di sampingku.
***
Aku masih belum menjawab hingga aku mendengar kabar dari Ila bahwa Yogi sedang dekat dengan adik kelasnya. Aku tak terluka dengan itu, aku tak sakit hati atau merasa kehilangan Yogi. Aku ikut bahagia mendengar ia sudah bisa menemukan penggantiku. Walau aku sendiri belum menemukan penggantinya karena aku tak mudah jatuh cinta. Aku masih menyimpan rasa itu yang ternyata bukan hilang sama sekali, hanya saja ini tak sebesar dulu. Aku masih menyayanginya dan memang tak sebesar dulu lagi. Itu mengapa aku sekarang lebih rela jika ia menemukan penggantiku karena aku memang tak berniat menerima cintanya lagi walau aku masih menyimpan rasa itu.
Aku mengirimkan sms padanya saat hatiku telah yakin. Aku katakan semua alasannya, termasuk kenyataan bahwa aku masih mencintainya. Tapi aku tak bisa bersamanya lagi. Biarkan kami membuka cerita baru dan menyimpan rasa yang kini memang tulus dimilki kedua hati ini tanpa ada hasrat untuk saling memilki.
***
Aku takut bertemu Phia. Aku takut mataku tak dapat berbohong jika aku masih menyayanginya walau aku kini bersama Sherly.
Malam pernikahan Ila ramai dengan teman SMP. Semua datang demi merayakan hari bahagia teman mungilku ini. Tapi aku tak melihat Phia, padahal sahabatnya Serri telah ada disini sejak tadi siang. “cari Phia, Gi?” kata Serri menggodaku. Semua sahabatnya memang mengetahui dengan detail apa yang terjadi antara aku dengan Phia. Ila awalnya sempat marah padaku tapi berjalannya waktu dia akhirnya meluluh dengan sendirinya. Aku hanya tersenyum saat Serri menggodaku. “dia kesini barsama teman-teman yang berkumpul terlebih dahulu di SMP Gi. Karena banyak yang tak tahu rumah Ila.” Oh, ternyata dia yang jadi penunjuk arah kesini, kataku dalam hati. Apakah dia datang sendiri atau membawa pacarnya? “aku mau pulang. Karena masih ada acara lain selain disini Ser”kataku beralibi. Tapi aku berniat menunggunya datang. Begitu dia datang, aku akan pulang. Aku tak bisa melihat gadis yang kucintai itu terlalu lama. Ada perasaan bersalah dicampurkan dengan rindu yang menggunung. Apalagi ku dengar saat ini dia berkerudung. Seperti apa penampilan gadis tomboy itu dengan kerudungnya?
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar