Rabu, 15 Februari 2012

Karma #5

Aku berhasil tampil beda. Tentu aku tak ingin mengecewakan Ila. Aku ingin tampil secantik mungkin di acara pernikahan sahabatku ini. Aku berangkat sendiri, tidak bersama dengan pacarku. Tak ada maksud apa-apa, hanya aku tahu teman-temanku banyak yang tak membawa motor. Jadi aku bisa memboncengnya bersamaku kerumah Ila.
Setelah kami semua telah berkumpul, aku dan Piny berada di depan sendiri. Ternyata benar firasatku untuk berangkat sendiri, karena ada dua temanku yang tak membawa motor. Akhirnya aku dan temanku yang lainnya yang membonceng kedua temanku itu. Piny sendiri membawa kekasihnya.
Sesampainya di rumah Ila, suasana sudah sangat ramai. Ini sekaligus ajang reuni bagi kami. Aku melewati pelaminan. Ila berteriak memanggilku, tapi aku pura-pura tak mendengarnya, saat dia mulai mengerutu manja karena tak kugubris akhirnya aku menolehnya sambil tertawa. Beginilah kami jika bertemu. Segala tingkah kami kembali seperti anak SMP yang masih tak mengenal dunia. Aku lalu meminta izin kepada Ila untuk bersalaman dengan kedua orang tua Ila terlebih dahulu karena aku sudah lama tak bertemu mereka. Sedangkan pada tradisi pernikahan di keluarga Ila, yang berada di pelaminan hanyalah kedua mempelai. Saat aku berhasil menemui kedua orang tua Ila untuk sekedar berbasa-basi.saat aku mengakhiri perbincanganku dengan kedua orang tua Ila, tiba-tiba ada yang memanggilku. Aku menoleh ke arah kiri dan ke kanan untuk mencari sumber suara. Tapi aku tak menemukan siapapun yang tampak seperti memanggilku. Dan suara itu memanggilku untuk kedua kalinya. Yogi, dia yang memanggilku. Dia berdiri di samping kiri pelaminan bersama beberapa temannya yang aku tak kenal. Aku tersenyum dan aku menghampirinya. Dia menatapku lama. Mungkin dia belum terbiasa dengan penampilanku yang berkerudung seperti saat ini, padahal aku sudah memakai ini sejak aku semester empat. “apa kabar Phia? Datang sendiri?” katanya lirih. “Alhamdulillah baik, iya sendirian. Kamu sendiri, mana pacarmu?” kataku sambil celingukan mencari mana gadis pujaannya saat ini. Apakah lebih cantik dariku? “dia belum pulang kerja. Ehmm. . kita sudah berapa lama tak bertemu Phi?” katanya sambil menatap gelas yang dipegangnya. “lumayan lama, dari aku semester satu sampai sekarang aku sudah semester lima. Dua tahun?” kataku. Aku pun terkejut ternyata selama itu kami tak bertemu. “iya dua tahun. “ katanya masih menatap gelas. Kami membisu dalam keheningan untuk beberapa saat, lalu “aku pulang dulu ya, ada acara lain.” Katanya berpamitan. Aku mengangguk sambil tersenyum. Tidak ada kontak mata, tidak ada jabat tangan, dia berlalu begitu saja.
***
Dia jauh lebih cantik daripada sebelumnya. entah mengapa aku merasa setiap aku bertemu dengannya dia selalu terlihat lebih mempesona dari sebelumnya. aku takjub melihatnya. Masih dengan keramahan dan senyum itu. Tak ada yang berubah. Dia memang tak pernah berubah. Aku lah yang berubah. Aku merasakan perubahan itu walau aku tak tahu apa saja yang telah berubah. Aku menatap Phia yang sedang berbincang dengan orang tua Ila. Aku ingin menatapnya lebih dekat. Aku ingin berbincang dengan gadis yang masih menguasai hatiku itu. Gadis yang lebih aku cintai daripada cintaku pada Sherly.
Aku memanggilnya, tapi dia tak melihatku. Aku memanggilnya lagi dan akhirnya ia menemukanku. Kami berbincang, berbasa-basi tentang pasangan masing-masing. Hingga aku terdiam, dia pun terdiam. Rasa ingin melihatnya dari dekat sirna saat dia benar-benar ada dihadapanku. Aku hanya mampu melihat gelasku untuk menutupi salah tingkahku. Aku benar-benar tak mampu mengatakan apa-apa.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja. Karma ini begitu menyiksaku. Mungkin ini yang dulu Phia rasakan enam tahun yang lalu. Aku kira dengan melihatnya rinduku akan terobati, tapi ternyata ini semakin menguat. Aku benci rasa ini. Aku akan menyimpannya saja, tidak menghubunginya sama sekali itu akan lebih baik. Aku ingin memendamnya jauh, jauh di lubuk hatiku yang terdalam.
***
“Yogi tadi berulang kali mengatakan tak akan lama disini karena ada acara lain. Apalagi dia sempat berkata ingin pulang sebelum kau datang karena ia tak ingin bertemu denganmu. Tapi dari magrib hingga kamu datang, dia masih disini Phi” kata Ila. Serri pun menyatakan hal yang sama sebelumnya. Aku tak tahu ini berarti dia masih menyayangiku atau tidak, itu sudah tak penting lagi karena hatiku sudah menemukan penggantinya. Aku sudah mempunyai kekasih yang jujur dan ini tidak diawali dengan kebohongan seperti aku dan Yogi. Biar ceritaku dengannya abadi dalam hatiku. Biarkan hanya aku yang tahu dan Tuhan pastinya. Dia memang yang pertama. Pertama membuatku bahagia, pertama membuatku menangis tapi itu semua telah menjadi kenangan. Dalamnya hati siapa yang tahu? Termasuk hatiku.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar